Lagu-lagu karya Peterpan memiliki ciri khas yang kuat, terutama dalam
segi pemilihan kosakata yang dituangkan pada lirik. Tipis, nyaris
menyentuh garis batas to the point. Sang lirik dapat mengandung
unsur makna yang ganda dan dapat diinterpretasikan menjadi arti yang
berbeda oleh tiap pendengarnya. Pengaruh Kahlil Gibran cukup kental
dalam diri si pencipta lagu yaitu Ariel.
Untuk bahasan pertama, lagu Bintang di Surga
nampak cocok untuk diuraikan. Karena alur lagu ini cukup kompleks
dengan bahasa yang terlihat acak antar baitnya, sehingga butuh
pendalaman untuk mengetahui arti pesan yang ingin disampaikan lewat
lagu ini.
P.S
Makna yang saya tangkap bisa jadi berbeda dengan anda.
(1) Masih ku merasa angkuh
Terbangkan anganku jauh
Langit kan menangkapku
Walau ‘kan terjatuh
arti bait 1:
Kesan
acuh terhadap sekitar, bahkan cenderung menghindari realita yang ada
tercermin dalam pemilihan kata ‘angkuh’. Mungkin hal ini, sikap menarik
diri dari lingkungan yang menyebabkan mimpi beserta angannya tak
tercapai. ‘Langit kan menangkapku. Walau kan terjatuh.’ Ia berharap
seseorang dapat mencoba menopangnya, menjadi tempatnya menggantungkan
harapan. Namun, tak terjadi. Maka dari itu kata ‘Langit’ dipilih.
Karena, walau ada ungkapan “Gantungkan mimpimu setinggi langit”, langit
hanya ‘kan diam, walau ada namun tak perduli.
(2) Dan bila semua tercipta
Hanya untukku merasakan
Semua yang tercipta
Hampa hidup terasa
arti bait 2:
Di
bait ini adalah bagian dimana ia bercerita tentang hidupnya. Lebih
tepatnya berkata dalam hati, merefleksikan isi hati. Ia mengeluh, ia
merasa kehidupan yang ia jalani kini tak memiliki alur yang jelas dan
tanpa tujuan. Kekosongan menyertai langkahnya, ia merasa hidup ini
tersisa hanya sekedar menunggu apa yang terjadi, bukan untuk mencipta
sesuatu, atau dengan bahasa mudahnya “Ah, gimana nasib berbicara saja
deh..” Hampa pun menyelimuti perasaan hatinya, ketika tak sedikitpun
arti yang ia peroleh sejauh ini ia bernafas.
(3) Lelah tetapku mencari
Arti untukku membagi
Menemani langkahku
Namun tak berarti
arti bait 3:
Dalam
keadaan yang semakin tak menentu, pemilihan bahasa semakin lugas ,
memberi kesan bahwa ia dalam keadaan yang telah cukup pasrah akan
hidupnya sekarang ini. Ia merasa lelah dalam pencariannya menemukan
tempat untuk sekedar bercerita, berbagi canda tawa setiap waktunya.
Walau terus berusaha, pada kenyataanya tak menuai hasil. Mungkin ini
efek samping sikap angkuh yang tertera ‘di awal’ perjalanan ia memulai
hidup
(4) Dan bila semua tercipta
Tanpa harusku merasakan
Cinta yang tersisa
Hampa hidup terasa
arti bait 4:
Nyaris
tak ada perbedaan dengan bait ke-2, yang membedakan hanyalah baris ke 2
& 3. Dari kedua bait tersebut, benang merahnya selalu berujung
pada satu kata kunci yaitu, Hampa. Di bait ke 4 ini,
jelasnya ia merasa hampa saat semua yang berlalu dalam kehidupannya
bahkan tak menyisakan satu cintapun untuknya,sekalipun itu adalah cinta
yang tersisa.
(5) Bagai bintang di surga
Dan seluruh warna
Dan kasih yang setia
Dan cahaya nyata
arti bait 5:
Inilah puncaknya. Dimana ia nyaris merasa depresi dan frustrasi
dengan
segala hal yang terus membebani hidupnya. Ia memohon untuk dapat
diberi jalan keluar dan mendapat sesuatu yang lebih baik. Bintang
seringkali disimbolkan sebagai pengharapan, bahkan ada yang orang-orang
yang senang memohon pada bintang jatuh. Maka, ‘pengharapan’ ini
disandingkan dengan kata ‘di surga’, pusat dimana segala kebahagiaan
terpancar yang konon berada di tingkatan langit ketujuh, begitu tinggi
tentunya. Jika digabungkan, ‘Bintang di surga’ berarti ia berharap
segala keinginannya ini dapat menjadi kenyataan. Kenginannya sangat
menjulang untuk segera keluar dari rasa hampa yang menyelimuti, sudah
terlalu muak ia hidup seperti ini.
(6) Oh bintang di surga
Berikan cerita
Dan kasih yang setia
Dan cahaya nyata
arti bait ke 6:
Kembali
ia memohon, memohon dengan sangat. Ia berharap mendapat ‘sesuatu’ yang
selama ini ada namun seolah tak tampak, ‘sesuatu’ itu ialah kasih
sayang, perhatian lebih tepatnya. Di bait-bait sebelumnya ia berusaha
mencari pegangan, tempat berbagi, tempat berkeluh kesah namun tak
kunjung didapat. Walau sebenarnya ada orang-orang di sekelilingnya,
namun tak ada respek yang mereka beri, kembali efek dari keangkuhan
tadi. Maka ia meminta agar cahaya menjadi nyata dan nampak, menerangi
dalam gelap yang kini ia lalui.
Kesimpulan:
“Bintang di Surga”
adalah permohonan besar dari seorang yang kesepian Karakter orang di
dalam penggalan lirik ini adalah tertutup / introvert. Berawal dari
dirinya yang acapkali menarik diri dari pergaulan sekitar, hingga
akhirnya ia merasa bahwa hidupnya tak lagi memiliki arti dan tujuan
yang pasti. Dalam perjalanannya yang terus berlanjut, pencarian pada
‘arti’ itu tetap tak berujung. Bahkan ia sampai merasa tak lagi
dicintai dan disayangi, ia merasa seorang diri. Hingga akhirnya ia
hanya dapat memohon. Tersirat bahwa ia menyesali hal yang telah
berlalu.
Lagu ini berakhir tanpa ada penjelasan apakah
permohonannya tersebut terwujud atau tidak, dengan kata lain berakhir
dengan ketidakpastian dari takdir hingga tak ada jalan lain baginya
untuk menunggu nasibnya berputar apa adanya.
Memberi makna lain pula, bahwa sekedar permohonan dan doa itu tak cukup, membutuhkan usaha untuk mewujudkannya.